Oke, sebenernya cerpen ini tugas BI. Tapi ya gapapa deh ya aku post di sini. Btw, cerpen ini aku persembahkan buat Gfranqs hehe. Happy 7 months rek!! Semoga kita awet ya rek. Makin ngertiin satu sama lain ya:)) Enjoy it! Gue masih pemula ya--v (btw sebenernya tanggal 13 kemarin 7 bulanannya. Tapi gapapa deh ya ngepost sekarang)
***
13 Oktober. Mungkin bagi kebanyakan orang, itu merupakan
tanggal yang biasa. Tapi tidak untukku. Itu tanggal spesial.Tanggal yang
menjadi hari ketika aku menemukan sahabat yang cocok untukku di 8F. Tanggal
yang menyangkut 8 orang yang sangat aku
sayangi. Tanggal yang menjadi awal cerita kami ber-9. Tak terasa, kami sudah
menjalani 1 tahun bersama. Ah, rasanya
aku tak sabar untuk sampai di SMP 1. Aku segera berangkat dan akhirnya 20 menit
kemudian aku sampai di sekolahku tercinta itu. Aku menuju ke kelasku, 9D. Ya,
aku memang sudah kelas 9 sekarang. Dan aku pisah dengan 7 orang sahabatku. Aku
hanya sekelas dengan Yana. Aku segera menuju ke pujasera sekolah. Setiap pagi
aku dan 8 orang sahabatku memang selalu berkumpul di pujasera sekolah. Mungkin
bagi kebanyakan orang itu biasa tapi, bagi kami ber-9, waktu itu sangat
berharga di sela-sela kesibukan kami. Aku hampir sampai di Pujasera ketika
mendengar 2 orang bertengkar. Sepertinya aku kenal suara-suara itu. Aku
mempercepat langkahku, ingin tahu siapakah gerangan yang sedang bertengkar itu.
Aku sudah sampai di pujasera ketika tidak mempercayai kedua mata ku ini. 2
orang yang bertengkar itu Yana dan Tyra. Padahal setauku selama 1 tahun kami
bersama-sama, mereka sama sekali tak pernah bertengkar. Sebesar apa masalahnya
sampai bisa membuat mereka bertengkar? Aku segera menghampiri mereka.
“Kalian kenapa?” Aku mencoba untuk bertanya. Tapi tak ada
yang menjawab. Mereka berdua sama-sama membisu.
“Kalian kenapa kok tengkar? Gak biasanya kalian gini.” Aku
mencoba untuk bertanya sekali lagi. Tetap tak ada jawaban.
“Jawab pertanyaanku dong, ah!” Tak ada jawaban. Aku kesal.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kelas
9A, tempat Vira berada.
Sesampainya di kelas 9A, ternyata Vira belum datang. Ah, aku
lupa kalau anak itu hobi bangun kesiangan. Huft. Akhirnya aku memutuskan untuk
kembali ke kelasku dan curhat ke Rina.
“Kamu kenapa, Nis? Kok mukamu kusut gitu?” Tanya Rina ketika
aku memasuki kelas.
“Tauk tuh Yana sama Tyra.”
“Emang mereka kenapa?”
“Tengkar. Tapi gamau ngasitau kenapa. Eh aku tanyain pada
diem semua. Rese’ deh.”
“Sabar. Eh tapi gak biasanya ya mereka tengkar.”
“Nah, itu yang aku pikirin dari tadi, Rin.”
“Hmmmm, jangan-jangan masalah besar lagi, Zah.”
“Aku juga gatau nih, Rin. Menurutmu aku harus ngapain?”
“Ya bilang ke Vira,Ami,Dea,Tia,Diyah sama Dini. Terus cari
tau kenapa Yana sama Tyra tengkar. Tapi jangan ganggu mereka. Tunggu sampe
mereka tenang dulu baru deketin.”
“Oh oke, Rin. Makasih sarannya.”
“Iya sama-sama. Semoga cepet slese ya masalahnya.”
***
Malamnya, kami ber-7 tanpa Yana
dan Tyra kumpul di rumah Dea. Memang, biasanya setiap malam minggu kami selalu
berkumpul di salah satu rumah dari kami. Tapi, untuk malam ini, Yana dan Tyra
tidak bisa ikut. Alasannya ke luar kota semua. Cih, dikira aku sebodoh apa
sampai percaya sama mereka?
Setelah semua sudah datang, aku
mulai bercerita tentang Yana dan Tyra.
“Ebuset , gila apa mereka
tengkar? Segede apa sih masalahnya?” Tanya Dini dengan heran.
“Tau tuh, perasaan mereka
gapernah tengkar deh.” Sahut Diyah.
“Iya ya, bener juga.” Ungkap
Vira.
“Masalahnya gede mungkin rek.
Tapi apa ya?” Tanya Dea.
“Emang mereka kenapa sih?” Tanya
Ami dengan tampang tak berdosa.
“AMI, SERIUS DONG AH! Emang kamu
gak dengerin cerita Zahra tadi?” Teriak Diyah.
“Denger. Emangnya mereka kenapa
sih?”
“Hash tauk ah gelap mi.” Jawab
Tia.
Aku pun mencoba untuk melerai,
“Eh udah ah gausah tengkar. Mending kita diskusi tentang masalah apa yang bisa
bikin Yana sama Tyra tengkar.”
“Nah, bener tuh si Zahra.” Sahut
Dea
“Hmm okeoke. Jadi, disini siapa
yang paling deket sama mereka berdua?” Tanyaku. Semua orang yang hadir pun
menoleh ke Dini. Dini mengernyitkan dahi.
“Eh apaan. E sumpah ya, aku gatau
apa-apa. DEMI TUHAANN!” Teriak Dini.
“Siapa yang bilang kamu tau sih.
Cuman mau interogasi doang kalik, Din. Woles woi.” Sahutku.
“Hng ya maap. Lagian, tampang
kalian sangar semua ih. Siapa yang gak takut coba.” Bela Dini.
“Serah deh ya. Oke, langsung aja
ya interogasinya.”
Btw, menginterogasi Dini itu bikin pusing. Sumpah deh. Dia
nya mbulet banget. Tapi, untunglah kelar juga. Meskipun menghabiskan 3 jam sih.
Padahal cuma 16 pertanyaan. Dasar, Dini nya aja yang lola.
Setelah menginterogasi Dini, akhirnya kami ber-6 (tanpa Dini)
menyimpulkan bahwa memang si Yana dan Tyra mulai sinis-sinisan sejak 2 minggu
yang lalu tanpa alasan yang jelas atau mungkin Dini nya yang gatau. Dasar Dini.
***
15 Oktober 2013. Aku datang lebih
pagi karena ada upacara dan aku piket. Selesai piket, aku menuju ke tangga
dekat ruang guru. Biasanya kalo hari senin, kami ber-9 tidak kumpul di pujasera
tapi di tangga di dekat ruang guru. Astaga. Yana sedang menangis. Aku
mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hanya 8 orang dengan aku. Siapa yang tak
ada? Ah, Tyra.
“Eh, Yana kenapa?” Aku bertanya
ke Vira.
“Tadi dia sama Tyra tengkar
hebat. Habis itu, Tyra teriak ke Yana “Tau gak, Yan. Kamu itu bawel, egois, sok
imut dari dulu. Aku muak sahabatan sama kamu!” terus pergi ninggalin Yana.
Katanya Dea sama Tia sih gitu. Soalnya mereka lagi ada di sini pas itu.”
“Lho kalo Dea sama Tia di sini
pas kejadian itu, kenapa mereka gak nyoba ngelerai?”
“Mereka itu masih otw. Mereka itu
baru sampai di sini, Tyra udah teriak gitu.”
“Oh. Terus kita gimana nih
sekarang?”
“Aku juga bingung. Masalahnya
kita kan gatau masalahnya itu apa.”
“Coba tanya ke Yana deh.”
“Yan, sebenernya kamu sama Tyra
ada masalah apa sih kok sampe tengkar hebat gini?” Tanya Vira, ragu.
“Jadi gini, kalian tau kan, Tyra
suka siapa? Nah, katanya Tyra, si Raja itu tau kalo Tyra suka dia. Tyra mikir
aku yang ngasih tau ke Raja. Terus, Tyra marah ke aku.”
“Oalah. Tapi sebenernya kamu
emang ngasitau Raja gak sih?”
“Gak rek. Sumpah. DEMI TUHAN!”
“Hng oke. Jadi, siapa yang
ngasitau Raja?”
***
Setelah tragedi di tangga itu,
Tyra tak pernah kumpul bareng lagi. Aku jadi gemas dengan kondisi seperti ini.
Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Aku benar-benar ingin keadaan
kembali seperti dulu. Rukun. Dan, sepertinya aku tau siapa yang bisa
memperbaiki dan mengembalikan kekompakan kami. Raja.
Aku segera mencari Raja. Aku
berlari ke BIN 3, tempat dimana dia berkumpul dengan teman-teman satu gengnya.
Tapi tak ada dia. Aku berlari ke Mat 2, kelas 9E berada sekarang. Tak ada dia
juga. Aku menuju ke depan kopsis. Tak ada dia juga. Aku hendak berlari ke kelas
untuk bertanya ke Firman tentang keberadaan Raja, tapi aku melihat Raja bersama
seorang perempuan di pujasera sekolah. Siapa perempuan itu? Aku berlari.
Mencari tau Raja sedang bersama siapa. Tyra? Sedang apa mereka berdua di situ?
Apa yang mereka bicarakan? Tampang mereka serius sekali. Ah, aku ingin tau. Aku
memutuskan untuk berjalan mendekat. Tapi bel masuk berdering. Sial.
***
Astaga, sudah jam 6 pagi. Aku
bangun kesiangan. Tadi malam aku tidur jam 10 karena belajar untuk Fisika dan
PKn. Aku segera mandi dan berangkat. Sesampainya di sekolah, aku lari ke
pujasera sekolah. Berharap aku tidak melewatkan sesuatu yang penting.
Sesampainya di pujasera, aku melihat Tyra bersama Yana dan yang lainnya. Sedang
apa dia di sini? Bukannya dia sedang ada masalah sama Yana? Aku mempercepat
langkahku dan Vira melihatku.
“Hei, itu Zahra!”
“Woi, tumben banget dateng jam
segini? Ketularan Vira?” Canda Diyah.
“Sekali-sekali jadi anak males
lah. Eh, ada apaan nih?”
“Itu tuh si Tyra minta maaf.”
Jawab Dea.
“Eh, sumpaan lo minta maaf, Ty?”
“Ya mau apalagi Zahra.”
“Lho emang gapapa kalo Raja tau?”
“Sebenernya aku salah paham sih
hehehe. Jadi sebenernya Raja itu ngomong kalo dia suka aku, bukan ngomong aku
suka dia.”
“Ya elah, ternyata. Dasar . Ecie,
saling suka dong? Cie Tyra ya habis ini taken cie hahaha.” Goda Ami.
“Eh, tumben Ami gak lola?
Hahaha.” Goda ku.
“Eh, sialan lo, Zah.” Ami
melemparku dengan botol minumnya. Aku berlari menghindarinya. Dan botol minuman
Ami kena kepalanya Yana.
“Eh gila lo Mi. Dasar. Nih terima
nih.” Yana melempar balik.
Akhirnya kami ber-9 pun
lempar-lemparan botol minumannya Ami sambil tertawa. Ah, indahnya persahabatan
kalau masalah-masalah sudah kelar. Sayang kalian rek!
16 Mei 2013.
Happy 7 months gfranqs! Love you soo mmuucchh:*