Sunday, May 26, 2013

1st Flashfiction - White Horse

Hello guys! Sebenernya karangan ini karangan lama gue. Nemu di laptop gitu habis ngubek-ngubek isi folder. Ya, akhirnya gue pengen ngepost. Cuman gue tambahin beberapa kata.Ini flashfiction ya. Bukan cerpen. Gue bingung sih mau ngasi judul apa hehe. 
Cekidot:3 Maaf pemula hehe
***
"Maaf Rin. Aku tak ada maksud menduakanmu” Mohonnya , memelas.
Aku hanya bisa mondar-mandir dan mondar-mandir. Hanya itu yang bisa aku lakukan dengan hati yang sakit saat itu. Sakit.
“Mengapa hanya diam , Rin? Mengapa? Tak bisakah kau memaafkanku dan kembali padaku?” Ucapnya , masih memelas.
“Aku… Aku harus apa , Rey? Selama ini aku terlalu mempercayaimu dan hasilnya begini.” Balasku , sinis.
Aku benar-benar tak habis pikir. Sudah agak lama aku menjalin hubungan dengan Rey,7 bulan hampir 8 bulan. Dan aku tak pernah menyadarinya. Aku terlalu mempercayainya. Aku terlalu menyayanginya hingga tak dapat menyadari. Bodoh , harusnya aku mengetahuinya, harusnya. Aku selama ini hanya…
“Kau diam? Huh , sudah kuduga. Kau bahkan tidak membantahnya. Haha karna itu benar. Iya , aku tau.” Ucapku , dengan tawa sinis.
Dan Rey , hanya bisa berdiri terpaku disana. Membuatku gemas.
“Aku tau Rey , aku tau aku bukanlah wanita sempurna dan memang ini bukan dongeng yang kalau alurnya sudah tak sesuai dengan keinginanku aku bisa merubahnya lagi. Aku tau bukan aku yang kamu sayangi. Dan aku tau ini bukanlah film. Tapi , katakan padaku. Salahkah aku berkhayal tentang kita? Huh , semua ini sudah terlambat. Kau bahkan tau , seharusnya percakapan ini tidak perlu ada!” Teriakku , menangis.
Aku tau aku naïf. Terjebak oleh tatapan hangatnya padaku dan tidak pernah benar-benar mendapat kesempatan. Ini semua salahku yang tidak pernah mau mengerti. Karna jika kau mencintai seseorang , kau harus berkorban hingga dia memilihmu.
“Aku tau aku salah. Tapi , kau membosankan! Kau selalu 'bertapa' di dunia konyolmu itu! Kau tak pernah sadar kalau aku juga butuh kamu! Kamu selalu menghilang dengan dunia konyolmu yang tak pernah kumengerti walau aku mencoba tuk mengerti.” Bentak Rey , menyakitkan.
“Aku membosankan? Aku tau haha. Kupikir kita cocok. Kupikir… Ah sudahlah aku terlalu banyak berkhayal mendapatkan akhir yang baik.” Balasku.
Sekarang aku tau. Kita memang tak cocok. Aku sadar aku membosankan.Tapi…. Aku sangat menyayanginya dan tak tau bagaimana cara menunjukkannya.
“Apakah kau masih menyayangiku?” Tanyanya , membuatku tersentak.
“Kau pikir apa? Tentu saja iya. Memang kenapa?” Balasku , sinis.
“Maukah kau memberiku kesempatan sekali lagi?” Mohonnya , berlutut di hadapanku.
Dia meminta maaf. Dia berlutut karenaku dan untukku.
“Emmm…” Pikirku.
Tiba-tiba kenanganku bersama dia lewat sepintas. Dan berputar seperti film. Tapi aku sadar sekarang. Aku bukan putri dan sekarang bukan dongeng. Tetapi , suatu saat nanti kau akan menemukan seseorang yang memperlakukanmu dengan baik.
“Tidak.” Balasku , meninggalkannya masuk ke rumah.
Membiarkan dia diluar sana. Sendirian. Ah aku tak peduli dengannya. Aku masih menyayanginya. Ya, tapi aku tak akan membiarkannya kembali. Tak peduli betapa indahnya hariku ketika bersamanya. Tak peduli betapa mudahnya matanya yang hitam itu 'menggelamkanku'. Tak peduli betapa ucapan selamat pagi nya selalu membuatku semangat. Bahkan, aku tak peduli tentang yang terjadi pada tanggal 27 September 2012.

Sekali lagi, mencoba untuk rela. Mencoba untuk mengabaikan dadaku yang sesak sekali. Mengabaikan hpku yang berdering dan memunculkan namanya di layar hp ku. Mengabaikan ringtone hapeku. Taylor Swift-White Horse.
'Say you're sorry
That face of an angel comes out just when you need it toAs I paced back and forth all this time'Cause I honestly believed in you

Holding on, the days drag onStupid girl, I should have knownI should have known

That I'm not a princess, this ain't a fairytaleI'm not the one you'll sweep off her feetLead her up the stairwell

This ain't Hollywood, this is a small townI was a dreamer before you went and let me down

Karena keputusanku sudah fix. I'm not your princess again. 

***
Malang, 26 Mei 2013.
Besok tanggal 27.Berarti sudah 8 bulan sejak peristiwa itu. And i'm still here:-)
Annisa' Uzzahrohtul Islam. 

Thursday, May 16, 2013

Salah Paham

Oke, sebenernya cerpen ini tugas BI. Tapi ya gapapa deh ya aku post di sini. Btw, cerpen ini aku persembahkan buat Gfranqs hehe. Happy 7 months rek!! Semoga kita awet ya rek. Makin ngertiin satu sama lain ya:)) Enjoy it! Gue masih pemula ya--v (btw sebenernya tanggal 13 kemarin 7 bulanannya. Tapi gapapa deh ya ngepost sekarang) 


***

13 Oktober. Mungkin bagi kebanyakan orang, itu merupakan tanggal yang biasa. Tapi tidak untukku. Itu tanggal spesial.Tanggal yang menjadi hari ketika aku menemukan sahabat yang cocok untukku di 8F. Tanggal yang menyangkut  8 orang yang sangat aku sayangi. Tanggal yang menjadi awal cerita kami ber-9. Tak terasa, kami sudah menjalani 1 tahun bersama.  Ah, rasanya aku tak sabar untuk sampai di SMP 1. Aku segera berangkat dan akhirnya 20 menit kemudian aku sampai di sekolahku tercinta itu. Aku menuju ke kelasku, 9D. Ya, aku memang sudah kelas 9 sekarang. Dan aku pisah dengan 7 orang sahabatku. Aku hanya sekelas dengan Yana. Aku segera menuju ke pujasera sekolah. Setiap pagi aku dan 8 orang sahabatku memang selalu berkumpul di pujasera sekolah. Mungkin bagi kebanyakan orang itu biasa tapi, bagi kami ber-9, waktu itu sangat berharga di sela-sela kesibukan kami. Aku hampir sampai di Pujasera ketika mendengar 2 orang bertengkar. Sepertinya aku kenal suara-suara itu. Aku mempercepat langkahku, ingin tahu siapakah gerangan yang sedang bertengkar itu. Aku sudah sampai di pujasera ketika tidak mempercayai kedua mata ku ini. 2 orang yang bertengkar itu Yana dan Tyra. Padahal setauku selama 1 tahun kami bersama-sama, mereka sama sekali tak pernah bertengkar. Sebesar apa masalahnya sampai bisa membuat mereka bertengkar? Aku segera menghampiri mereka.
“Kalian kenapa?” Aku mencoba untuk bertanya. Tapi tak ada yang menjawab. Mereka berdua sama-sama membisu.
“Kalian kenapa kok tengkar? Gak biasanya kalian gini.” Aku mencoba untuk bertanya sekali lagi. Tetap tak ada jawaban.
“Jawab pertanyaanku dong, ah!” Tak ada jawaban. Aku kesal. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kelas 9A, tempat Vira berada.
Sesampainya di kelas 9A, ternyata Vira belum datang. Ah, aku lupa kalau anak itu hobi bangun kesiangan. Huft. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kelasku dan curhat ke Rina.
“Kamu kenapa, Nis? Kok mukamu kusut gitu?” Tanya Rina ketika aku memasuki kelas.
“Tauk tuh Yana sama Tyra.”
“Emang mereka kenapa?”
“Tengkar. Tapi gamau ngasitau kenapa. Eh aku tanyain pada diem semua. Rese’ deh.”
“Sabar. Eh tapi gak biasanya ya mereka tengkar.”
“Nah, itu yang aku pikirin dari tadi, Rin.”
“Hmmmm, jangan-jangan masalah besar lagi, Zah.”
“Aku juga gatau nih, Rin. Menurutmu aku harus ngapain?”
“Ya bilang ke Vira,Ami,Dea,Tia,Diyah sama Dini. Terus cari tau kenapa Yana sama Tyra tengkar. Tapi jangan ganggu mereka. Tunggu sampe mereka tenang dulu baru deketin.”
“Oh oke, Rin. Makasih sarannya.”
“Iya sama-sama. Semoga cepet slese ya masalahnya.”
***
Malamnya, kami ber-7 tanpa Yana dan Tyra kumpul di rumah Dea. Memang, biasanya setiap malam minggu kami selalu berkumpul di salah satu rumah dari kami. Tapi, untuk malam ini, Yana dan Tyra tidak bisa ikut. Alasannya ke luar kota semua. Cih, dikira aku sebodoh apa sampai percaya sama mereka?
Setelah semua sudah datang, aku mulai bercerita tentang Yana dan Tyra.
“Ebuset , gila apa mereka tengkar? Segede apa sih masalahnya?” Tanya Dini dengan heran.
“Tau tuh, perasaan mereka gapernah tengkar deh.” Sahut Diyah.
“Iya ya, bener juga.” Ungkap Vira.
“Masalahnya gede mungkin rek. Tapi apa ya?” Tanya Dea.
“Emang mereka kenapa sih?” Tanya Ami dengan tampang tak berdosa.
“AMI, SERIUS DONG AH! Emang kamu gak dengerin cerita Zahra tadi?” Teriak Diyah.
“Denger. Emangnya mereka kenapa sih?”
“Hash tauk ah gelap mi.” Jawab Tia.
Aku pun mencoba untuk melerai, “Eh udah ah gausah tengkar. Mending kita diskusi tentang masalah apa yang bisa bikin Yana sama Tyra tengkar.”
“Nah, bener tuh si Zahra.” Sahut Dea
“Hmm okeoke. Jadi, disini siapa yang paling deket sama mereka berdua?” Tanyaku. Semua orang yang hadir pun menoleh ke Dini. Dini mengernyitkan dahi.
“Eh apaan. E sumpah ya, aku gatau apa-apa. DEMI TUHAANN!” Teriak Dini.
“Siapa yang bilang kamu tau sih. Cuman mau interogasi doang kalik, Din. Woles woi.” Sahutku.
“Hng ya maap. Lagian, tampang kalian sangar semua ih. Siapa yang gak takut coba.” Bela Dini.
“Serah deh ya. Oke, langsung aja ya interogasinya.”
Btw, menginterogasi Dini itu bikin pusing. Sumpah deh. Dia nya mbulet banget. Tapi, untunglah kelar juga. Meskipun menghabiskan 3 jam sih. Padahal cuma 16 pertanyaan. Dasar, Dini nya aja yang lola.
Setelah menginterogasi Dini, akhirnya kami ber-6 (tanpa Dini) menyimpulkan bahwa memang si Yana dan Tyra mulai sinis-sinisan sejak 2 minggu yang lalu tanpa alasan yang jelas atau mungkin Dini nya yang gatau. Dasar Dini.
***
15 Oktober 2013. Aku datang lebih pagi karena ada upacara dan aku piket. Selesai piket, aku menuju ke tangga dekat ruang guru. Biasanya kalo hari senin, kami ber-9 tidak kumpul di pujasera tapi di tangga di dekat ruang guru. Astaga. Yana sedang menangis. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hanya 8 orang dengan aku. Siapa yang tak ada? Ah, Tyra.
“Eh, Yana kenapa?” Aku bertanya ke Vira.
“Tadi dia sama Tyra tengkar hebat. Habis itu, Tyra teriak ke Yana “Tau gak, Yan. Kamu itu bawel, egois, sok imut dari dulu. Aku muak sahabatan sama kamu!” terus pergi ninggalin Yana. Katanya Dea sama Tia sih gitu. Soalnya mereka lagi ada di sini pas itu.”
“Lho kalo Dea sama Tia di sini pas kejadian itu, kenapa mereka gak nyoba ngelerai?”
“Mereka itu masih otw. Mereka itu baru sampai di sini, Tyra udah teriak gitu.”
“Oh. Terus kita gimana nih sekarang?”
“Aku juga bingung. Masalahnya kita kan gatau masalahnya itu apa.”
“Coba tanya ke Yana deh.”
“Yan, sebenernya kamu sama Tyra ada masalah apa sih kok sampe tengkar hebat gini?” Tanya Vira, ragu.
“Jadi gini, kalian tau kan, Tyra suka siapa? Nah, katanya Tyra, si Raja itu tau kalo Tyra suka dia. Tyra mikir aku yang ngasih tau ke Raja. Terus, Tyra marah ke aku.”
“Oalah. Tapi sebenernya kamu emang ngasitau Raja gak sih?”
“Gak rek. Sumpah. DEMI TUHAN!”
“Hng oke. Jadi, siapa yang ngasitau Raja?”
***
Setelah tragedi di tangga itu, Tyra tak pernah kumpul bareng lagi. Aku jadi gemas dengan kondisi seperti ini. Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Aku benar-benar ingin keadaan kembali seperti dulu. Rukun. Dan, sepertinya aku tau siapa yang bisa memperbaiki dan mengembalikan kekompakan kami. Raja.
Aku segera mencari Raja. Aku berlari ke BIN 3, tempat dimana dia berkumpul dengan teman-teman satu gengnya. Tapi tak ada dia. Aku berlari ke Mat 2, kelas 9E berada sekarang. Tak ada dia juga. Aku menuju ke depan kopsis. Tak ada dia juga. Aku hendak berlari ke kelas untuk bertanya ke Firman tentang keberadaan Raja, tapi aku melihat Raja bersama seorang perempuan di pujasera sekolah. Siapa perempuan itu? Aku berlari. Mencari tau Raja sedang bersama siapa. Tyra? Sedang apa mereka berdua di situ? Apa yang mereka bicarakan? Tampang mereka serius sekali. Ah, aku ingin tau. Aku memutuskan untuk berjalan mendekat. Tapi bel masuk berdering. Sial.
***
Astaga, sudah jam 6 pagi. Aku bangun kesiangan. Tadi malam aku tidur jam 10 karena belajar untuk Fisika dan PKn. Aku segera mandi dan berangkat. Sesampainya di sekolah, aku lari ke pujasera sekolah. Berharap aku tidak melewatkan sesuatu yang penting. Sesampainya di pujasera, aku melihat Tyra bersama Yana dan yang lainnya. Sedang apa dia di sini? Bukannya dia sedang ada masalah sama Yana? Aku mempercepat langkahku dan Vira melihatku.
“Hei, itu Zahra!”
“Woi, tumben banget dateng jam segini? Ketularan Vira?” Canda Diyah.
“Sekali-sekali jadi anak males lah. Eh, ada apaan nih?”
“Itu tuh si Tyra minta maaf.” Jawab Dea.
“Eh, sumpaan lo minta maaf, Ty?”
“Ya mau apalagi Zahra.”
“Lho emang gapapa kalo Raja tau?”
“Sebenernya aku salah paham sih hehehe. Jadi sebenernya Raja itu ngomong kalo dia suka aku, bukan ngomong aku suka dia.”
“Ya elah, ternyata. Dasar . Ecie, saling suka dong? Cie Tyra ya habis ini taken cie hahaha.” Goda Ami.
“Eh, tumben Ami gak lola? Hahaha.” Goda ku.
“Eh, sialan lo, Zah.” Ami melemparku dengan botol minumnya. Aku berlari menghindarinya. Dan botol minuman Ami kena kepalanya Yana.
“Eh gila lo Mi. Dasar. Nih terima nih.” Yana melempar balik.
Akhirnya kami ber-9 pun lempar-lemparan botol minumannya Ami sambil tertawa. Ah, indahnya persahabatan kalau masalah-masalah sudah kelar. Sayang kalian rek! 
16 Mei 2013.
Happy 7 months gfranqs! Love you soo mmuucchh:*

Tuesday, May 14, 2013

Sia-sia

Oke gue ngepost ini sebagai ucapan selamat ulangtahun. Btw, Happy Birthday, Sadiyah Ukhrotunnisa! Wish you all the best sayang, laffs. Btw gue masih pemula ya hehe.
Btw silahkan memutar lagu Don't You Remember ketika membaca ini.
***



Memperjuangkanmu seperti menggenggam air. Sia-sia.

Kutatap layar hp Samsung Galaxy Fame-ku. Sms itu selalu membawa ingatanku kembali ke masa lalu.

“Hatimu masih kosong kan, Put?”
“Aku bingung, Din.”
“Bingung kenapa?”
“Aku gatau bener apa salah perbuatanku ini.”
“Perbuatan apa sih?”
“Aku menyayangi seseorang yang sudah taken, Din.”
“Siapa?”
“Aku sangat menyayanginya, Din. Aku benar-benar ingin memperjuangkannya.”
“Siapa sih?”
“Kamu, Din.”
“…..Hahahaha, lucu banget sih”
“Aku tidak sedang melontarkan lelucon, Dini.”
“Kamu tau kan aku sudah taken. Kamu tau kan Zahra suka kamu. Zahra itu sahabatku, Put. Dan seharusnya kamu tau aku hanya menganggapmu sahabat, tak lebih. Kamu harus move on.”
“Setelah aku berhasil move on dari Aya, kamu nyuruh aku move on lagi?”
“Aku tak mau tau, kamu harus move on.”
“Sementara aku masih nyaman gini, Din. Enggak.”

Air mataku menetes. Sms itu selalu berhasil membuatku menangis. Padahal sudah 8 bulan lewat. Andai kamu tau, Put. Aku sejak dulu menyayangimu dan akan selalu menyayangimu. Sudah 5 bulan kita tak berkomunikasi. Kamu apa kabar ya?

***
Aku sedang membaca buku Speak Now ketika hp ku berbunyi sebentar. Tanda ada satu sms masuk. Aku sedang malas smsan maka aku melanjutkan membaca buku Speak Now ku itu. Hp ku berbunyi lagi. Aku membiarkannya bahkan tak melirik hp ku sedikitpun. Hp ku berbunyi lagi. Hash, siapa sih yang ngotot banget sms, batinku. Kuambil hp ku dengan jengkel. Kubuka inbox ku. Aku terperanjat melihat sender dan isi sms itu. Orang yang lost contact denganku selama 5 bulan, Bagas Saputra.

Sender : Putra Jelek
Hai din, kamu apa kabar? received 15.15
Din, kamu masih nyimpen nomerku kan? received 15.18
Aku Putra, Din. Kamu apa kabar? Putra kangen Dini. received 15.21

Aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Kubalas sms itu. Hapeku berbunyi. Aku mengetik. Hapeku berbunyi. Aku mengetik. Dan sejak itu, hp ku selalu berbunyi oleh satu kontak. Putra Jelek.

***
2 minggu belakangan ini, moodku benar-benar amat sangat baik. Entah karena cuaca yang mendukung. Entah karena nilai-nilai ku yang naik. Atau mungkin karena sms dari dia. Entahlah, yang jelas aku tak pernah bisa bad mood ketika sedang berbicara/smsan/chattingan dengan dia. Aku tak pernah bisa berhenti tersenyum setiap kali ingat dia atau ingat percakapan kita. Entah itu namanya apa, tapi aku suka rasa ini. Hapeku bergetar di dalam saku rok ku. Aku terperanjat ketika membaca isi smsnya. Ya Tuhan.

Sender : Putra Jelek
Din, kalo disuruh milih, kamu milih aku atau Andre? received 15.01

Kubalas smsnya. Hapeku berbunyi. Dan begitu seterusnya. Sampai akhirnya…..

Sender : Putra Jelek
Kalo aku disuruh milih antara Aya atau Ara sih, aku lebih milih kamu. received 16.04

Kubalas smsnya. Hapeku berbunyi.

Sender : Putra Jelek
Kamu tanya kenapa? Ya karena setelah aku nyoba mvn selama 8 bulan 2 hari, yang aku sayang tetep kamu, Din. received 16.06

Rasanya tak ada kata yang pas untuk menggambarkan perasaanku saat itu. Amat sangat senang sekali pake banget. Kukira, semua ini akan berjalan dengan lancar tapi siapa yang tau ke depannya, kan?

***
2 minggu setelah kejadian itu, aku menjalani hari-hari dengan ceria. Kelewat ceria malah. Yang jelas aku menjalani hari-hari itu dengan satu harapan dan satu janji. Berharap Putra akan segera memberiku kepastian dan berjanji untuk menunggu Putra.
2 hari kemudian, aku sedang dalam keadaan amat sangat badmood. Lalu tiba-tiba, hp  ku berbunyi.

Sender : Putra Jelek
Din, kalo kamu aku suruh nunggu habis UKK mau gak? Aku bener-bener lagi gamood pacaran nih. received 21.10

Aku benar-benar tak tau aku kenapa, tapi yang jelas, dada ini terasa sesak. Hapeku berbunyi lagi.

Sender : Aya
Eh, Din. Lo lagi pdkt sama Putra? Ebuset dah tu anak, ati-ati ya Din, dia juga kayaknya deket banget sama Ara. received 21.13

Kutarik nafas, kuhembuskan. Ada rasa sakit di bagian dada. Dan ada tetesan air mata yang jatuh. Astaga, kenapa aku begitu bodoh sampai mempercayai Putra lagi? Kenapa aku begitu bodoh sampai membiarkan perasaanku kepada Putra berkembang? Ya Tuhan. Sepertinya penungguanku selama 8 bulan lebih ini sia-sia karena sepertinya Putra sudah lupa janji kita. Karena toh, apa arti dari sebuah janji bila terlupakan? Dan sepertinya, alasanku untuk tetap ceria selama 1 bulan belakangan ini adalah orang yang  salah. Ya Tuhan, apa aku memilih orang yang salah? Karena sepertinya Putra lupa akan tanggal 27 September.
Dan kali ini, aku ingin berkata
Receiver : Putra Jelek
Tau tidak, Put? Menunggumu seperti menggenggam air ya. Sia-sia sent 21.21